Kamis, 04 April 2013

BNENTURAN BARAT VS ISLAM



A.    Faktor yang melatarbelakangi benturan Barat dengan Islam

1.      Faktor Agama
Ekspansi dan kejayaan kerajaan Islam yang berlangsung begitu cepat dan berkembangnya peradaban Islam menimbulkan bahaya langsung dari pihak Kristen di seluruh dunia, baik secara teologi maupun politik. Seperti yang diamati oleh Maxim Rodinson, “kaum Muslim merupakan ancaman terhadap Kristen Barat jauh sebelum mereka sendiri menjadi masalah[1].”
Persamaan teologis yang antara Kristen dan Islam justru menjadi penyebab perbenturan di antara keduanya. Setiap umat  percaya bahwa perjanjiannya dengan Tuhan merupakan pemenuhan wahyu Tuhan kepada umat terdahulu yang telah menyeleweng. Masing-masing percaya pada sejarah wahyu Tuhan dan bahwa wahyu serta pembawaannya menandai akhir dari adanya wahyu dan kerasulan. Dengan demikian, sementara orang-orang Kristen merasa unggul dan karenanya hanya mempunyai sedikit masalah dengan pandangan superioritas terhadap Yudaisme, sikap dan pernyataan yang sama dari kaum Muslim  yang menyangkut Kristen tak terpikirkan. Lebih lagi, hal itu merupakan ancaman terhadap keunikan dan peran yang dimandatkan.Tuhan kepada Kristen  agar menjadi satu-satunya wakil Tuhan dan satu-satunya jalan menuju keselamatan,. Islam hanyalah sebuah bid’ah yang disiarkan oleh Nabi yang sesat dan palsu, dan merupakan tantangan langsung bagi misi daan pernyataan Kristen: “ penggabungan rasa takut dan kebodohan menghasilkan banyak legenda yang sebagian menggelikan dan semuanya tidak adil. Para Muslim adalah penyembah berhala yang menyembah trinitas yang salah., Muhammad adalah tukang sihir, ia bahkan merupakan Kardinal Gereja Romayang karena ambisinya untuk menjadi Paus terhalangi, maka memberontak, melarikan diri ke Arab dan disana mendirikan gerejanya sendiri[2].”
Selain itu  faktor pemicu perbenturan, yaitu perang salib. Perang Salib terjadi selama 1 abad (1096–1192 M), yang berlangsung selama tiga tahap: antara tahun 1096–1099 M; antara tahun 1147–1149 M; dan antara tahun 1189-1192 M.8 Pembantaian kaum Muslim oleh tentara salib di Spanyol (Andalusia) abad XV M, termasuk serangan secara pemikiran dan kebudayaan (tsaqâfah) seperti yang dilakukan oleh kaum zindiq serta para misionaris dan orientalis, adalah juga berlatar belakang agama.
Hingga kini, ‘semangat’ Perang Salib ini masih melekat dalam benak orang-orang Barat, yang kemudian menjelma menjadi ‘prasangka buruk’ (stigma)  terhadap ajaran Islam dan umat Islam. Edward Said, dalam bukunya yang berjudul, Covering Islam, menulis bahwa kecenderungan memberikan label yang bersifat generalisasi mengenai Islam dan orang Islam, tanpa melihat kenyataan sebenarnya, menjadi salah satu kecenderungan kuat dalam media Barat. Dari waktu ke waktu, prasangka semacam itu selalu muncul dan muncul kembali ke permukaan.
Kata “christendom” dan “holy war” mulai banyak digunakan dalam berbagai tulisan di media massa Barat, seolah-olah ingin memperlihatkan bahwa sedang terjadi suatu “perang suci” antara Barat dan dunia lain di luarnya, terutama Dunia Islam.

2.      Faktor ekonomi.
Lenyapnya institusi Khilafah telah melebarkan jalan bagi negara imperialis Barat untuk menghisap berbagai kekayaan alam milik umat Islam. Sejak masa penjajahan militer era kolonial hingga saat ini, Barat telah melakukan eksploitasi ‘besar-besaran’ atas sumberdaya alam yang dimiliki umat Islam.
Sebaliknya, jika Khilafah Islam kembali berdiri dan berhasil menyatukan negeri-negeri Islam sekarang, berarti Khilafah Islam akan memegang kendali atas 60% deposit minyak seluruh dunia, boron (49%), fosfat (50%), strontium (27%), timah (22%), dan uranium yang tersebar di Dunia Islam (Zahid Ivan-Salam, dalam Jihad and the Foreign Policy of the Khilafah State).
Secara geopolitik, negeri-negeri Islam berada di kawasan jalur laut dunia yang strategis seperti Selat Gibraltar, Terusan Suez, Selat Dardanella dan Bosphorus yang menghubungkan jalur laut Hitam ke Mediterania, Selat Hormuz di Teluk, dan Selat Malaka di Asia Tenggara. Dengan menempati posisi strategis ini, kebutuhan dunia terutama Barat sangat besar akan wilayah kaum Muslim. Ditambah lagi dengan potensi penduduknya yang sangat besar, yakni lebih dari 1.5 miliar dari populasi penduduk dunia. Melihat potensi tersebut, wajar jika kehadiran Khilafah Islam sebagai pengemban ideologi Islam ini dianggap sebagai ‘tantangan’, atau lebih tepatnya lagi, menjadi ancaman bagi  peradaban  Barat saat ini.
Benturan antara kepentingan umat Islam yang ingin mempertahankan hak miliknya dan kepentingan negara Barat kapatalis tidak terhindarkan lagi.
3. Faktor ideologi.
Faktor ini turut andil pemicu terjadinya benturan peradaban dengan Islam. Lahirnya kembali khalifah Islam dianggap oleh Barat sebagai sesuatu yang membahayakan dan harus diperhitungkan Khilafah Islam adalah negara global yang dipimpin oleh seorang khalifah dengan asas ideologi Islam. Ideologi Islam ini pula yang pernah menyatukan umat Islam seluruh dunia mulai dari jazirah Arab, Afrika, Asia, sampai Eropa. Islam mampu melebur berbagai bangsa, warna kulit, suku, ras, dan latar belakang agama yang berbeda.10 Kelak, Khilafahlah yang ‘bertanggung jawab’ untuk mengemban dan menyebarkan ideologi Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Tentu saja Barat, dengan ideologi Kapitalismenya yang masih dominan saat ini, tidak akan berdiam diri. Berbagai upaya akan dilakukan Barat untuk menggagalkan skenario ketiga ini (kembalinya Khilafah). Secara pemikiran Barat akan membangun opini negatif tentang Khilafah Islam. Diopinikan bahwa kembali pada Khilafah adalah sebuah kemunduran, kembali ke zaman batu yang tidak berperadaban dan berprikemanusiaan. Sebaliknya, upaya penyebaran ide-ide Barat akan lebih digencarkan, seperti demokratisasi yang dilakukan di Timur Tengah saat ini.
B.     Citra Islam di Barat

            Efek negatif dari peristiwa sejarah Kristen-Muslim tercermin dalam pandangan mengenai Islam yang muncul dari literatur dan pemikiran Barat.
Pada penakhluk-penakhluk Arab abad ke-7, Kristen sekali lagi merasakan bahwa Islam sebagai ancaman ganda, baik secara teologis maupun politik. Perang salib untuk pertama kalinya telah membuat Islam sangat di kenal Eropa abad pertengahan, walaupun tidak dipahami R.W Southern  menulis: “ sebelum tahun 1100, saya menemukan hanya satu kali sebutannama Muhaammad dalam literatur abad pertengahan di luar Spanyol dan Italia Selatan. Tetapi sejak tahun 1120 setiap orang di Barat mempunyai gambaran mengenai apa arti Islam dan siapa Muhammad. Gambaran itu sangat jelas, tetapi itu bukan hanya pengetahuan...Para penulisnya menikmatkan diri dalam kebodohan akan imajinasi kemenangan[3].”
Kebodohan ini bukan hanya mencerminkan pengetahuan yang kurang tetapi kecenderungan manusia pada umumnya baik di antara orang-orang terpelajar maupun tidak terpelajar untuk mengecam maupun menjelek-jelekkan musuhnya, untuk merasa unggul dan memusnahkan hal-hal yang menantang dan mengancam kepercayaan atau kepentingannya dengan mengecapnya sebagai sesuatu yang jelek, sesat, fanatik, atau irrasional. Gambaran maupun karikatur yang menjelek-jelekkan Muhammad dan Islam diciptakan, atau lebih tepatnyadikarang, dengan tidak memperhatikan ketepatan. Acapkali kepercayaan dan praktik seperti politheisme, memakan daging babi, minum-minuman keras, dan promiskuitas seksual yang sangat bertentangan dengan kepercayaan dasarnya, diarahkan kepada Islam dan Muhammad. Muhammad difitnah sebagai pembohong dan anti-Kristus yang menggunakan sihir dan keajaiban untuk menghacurkan Gereja. Selain itu beberapa miskonsepsi barat terhadap islam antara lain:
1.      Bahwa kaum Muslim pada dasarnya adalah Arab dan Islam secara eksklusif adalah agama “Timur Tengah”.
2.      Islam adalah primitif, tidak berperadaban.
3.      Islam adalah agama fanatisme, fatalisme, dan poligami.
4.      Modernitas adalah produk dunia Barat dan dunia Islam tidak bisa benar-benar modern hingga direformasi secara radikal.
5.      Islam bersikap opresif terhadap perempuan dan kelompok minoritas.
6.      Islam tidak sesuai dengan hak-hak Asasi Manusia, pluralisme dan toleransi politik.
7.      Islam adalah agama secara militan anti Barat, mengembangkan kekerasan dan sangat cenderung kepada kekerasan[4].
Walaupun dunia Islam dan Kristen sangat membanggakan agama dan kekayaan tradisi belajar dan peradaban mereka, dinamika sejarah hubungan Islam-Kristen kerap menjumpai kedua umat tersebut bersaing dan terkadang terperagkap dalam peperangan, untuk mendapatkan kekuasaan, tanah dan jiwa. Akibatnya, mereka lebih  sering bermusuhan daripada bersikap sebagai sesama Ahlul Kitab yang berusaha mematuhi dan mengabdi kepada Tuhan mereka.

C.     Metode Islam menghadapi Benturan Peradaban
Secara umum agenda untuk ‘menyambut’ benturan peradaban antara Islam dan Barat,  dapat diringkas sebagai berikut:
1. Melakukan pembinaan di tengah-tengah umat.
Bagaimanapun, semua upaya penghancuran itu akan lebih mudah dihadapi kalau umat Islam kebal. Pembinaan (tatsqîf) di tengah umat adalah dalam rangka mewujudkan pola pikir yang islami, dan melatih ketahanan pola jiwa mereka dengan selalu berada dalam suasana taqarrub ilâ Allâh.
2.  Melancarkan perang pemikiran dan mengungkap makar asing. 
Penghancuran Islam sering tidask disadari oleh kaum Muslim. Karena itu, membongkar agenda tersembunyi dari penjajah (kasyf al-khuthath) harus selalu dilakukan. Mereka juga harus selalu mengkritisi pemikiran-pemikiran yang menyimpang dan menyesatkan yang diklaim oleh kalangan liberal sebagai pemikiran Islam. Jika pemikiran-pemikiran ini tidak ditunjukkan kekeliruan dan kesalahnnya, maka umat Islam yang awam akan menyangka bahwa hal itu adalah bagian dari Islam.
3.      Membangun kesadaran politik Islam dan memberikan gambaran Islam sebagai solusi.
Kesadaran politik Islam yang benar harus ditumbuhkan di tengah-tengah umat. Yang dimaksud adalah politik Islam yang akan membebaskan manusia dari ketertindasan dalam segala aspeknya menuju pada keridhaan Allah semata-mata. Untuk itu, para aktivitis dakwah harus mampu memberikan gambaran syariat Islam sebagai solusi atas segala masalah manusia.









KESIMPULAN
Faktor-faktor utama terjadinya perbenturan peradaban Islam dengan Barat:
a.       Faktor agama, faktor agama adalah salah satu pemicu benturan peradaban antara Islam dengan Barat. Peradaban ini ditandai dengan terjadinya perang yang dikenal dengan perang salib
b.      Faktor ekonomi, faktor ini juga bagian dari faktor utama terjadinya benturan peradaban. Hilangnya institusi khalifah sudah melebarkan jalan bagi Barat untuk meraup kekayaan  alam milik umat Islam.
c.       Faktor ideologi, faktor ini juga turut andil pemicu terjadinya benturan peradaban dengan Islam. lahirnya kembali khalifah Islam dianggap oleh Barat sebagai sesuatu yang membahayakan dan harus diperhitungkan. Barat yang berideologi kapitallis, tidak berdiam diri. Berbagai cara dilakukan agar kembalinya khalifah tidak terjadi atau gagal. Inilah peicu terjadi nya benturan peradaban Islam dengan Barat.










DAFTAR PUSTAKA
.
Bakar, Osman.2003. Islam dan Dialog Peradaban: Menguji Universalisme Islam dalam Peradaban Timur & Barat. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.
Daya, Burhanuddin.2008.Pergumulan Timur Menyikapi Barat: Dasar-Dasar Oksidentalisme. Yoyakarta:SUKA-Press.
Esposito, L John. 1994. Ancaman Islam Mitos atau Realita?.Bandung: Mizan.
Hasan, Abul Ali Nadawi,dkk. 1993. Benturan Barat dengan Islam. Bandung: Mizan.
Ramadan, Tariq. 2003. Menjadi Modern Bersama Islam: Islam, Barat dan Tantangan Modernitas. Jakarta: Teraju.





[1] Esposito, L John.,1994, Ancaman Islam Mitos atau Realita?.hlm.48.
[2] Esposito, L John.,1994, Ancaman Islam Mitos atau Realita?.hlm 48.
[3] Ibid,hlm.36.
[4] Bakar, Osman.2003,Islam dan Dialog Peradaban: Menguji Universalisme Islam dalam Peradaban Timur & Barat,hlm.50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar