A. Faktor
yang melatarbelakangi benturan Barat dengan Islam
1. Faktor
Agama
Ekspansi dan
kejayaan kerajaan Islam yang berlangsung begitu cepat dan berkembangnya
peradaban Islam menimbulkan bahaya langsung dari pihak Kristen di seluruh
dunia, baik secara teologi maupun politik. Seperti yang diamati oleh Maxim
Rodinson, “kaum Muslim merupakan ancaman terhadap Kristen Barat jauh sebelum
mereka sendiri menjadi masalah[1].”
Persamaan
teologis yang antara Kristen dan Islam justru menjadi penyebab perbenturan di
antara keduanya. Setiap umat percaya
bahwa perjanjiannya dengan Tuhan merupakan pemenuhan wahyu Tuhan kepada umat
terdahulu yang telah menyeleweng. Masing-masing percaya pada sejarah wahyu
Tuhan dan bahwa wahyu serta pembawaannya menandai akhir dari adanya wahyu dan
kerasulan. Dengan demikian, sementara orang-orang Kristen merasa unggul dan
karenanya hanya mempunyai sedikit masalah dengan pandangan superioritas
terhadap Yudaisme, sikap dan pernyataan yang sama dari kaum Muslim yang menyangkut Kristen tak terpikirkan.
Lebih lagi, hal itu merupakan ancaman terhadap keunikan dan peran yang
dimandatkan.Tuhan kepada Kristen agar
menjadi satu-satunya wakil Tuhan dan satu-satunya jalan menuju keselamatan,.
Islam hanyalah sebuah bid’ah yang disiarkan oleh Nabi yang sesat dan palsu, dan
merupakan tantangan langsung bagi misi daan pernyataan Kristen: “ penggabungan
rasa takut dan kebodohan menghasilkan banyak legenda yang sebagian menggelikan
dan semuanya tidak adil. Para Muslim adalah penyembah berhala yang menyembah
trinitas yang salah., Muhammad adalah tukang sihir, ia bahkan merupakan
Kardinal Gereja Romayang karena ambisinya untuk menjadi Paus terhalangi, maka
memberontak, melarikan diri ke Arab dan disana mendirikan gerejanya sendiri[2].”
Selain itu faktor pemicu perbenturan, yaitu perang
salib. Perang
Salib terjadi selama 1 abad (1096–1192 M), yang berlangsung selama tiga tahap:
antara tahun 1096–1099 M; antara tahun 1147–1149 M; dan antara tahun 1189-1192
M.8 Pembantaian kaum Muslim oleh tentara salib di Spanyol (Andalusia) abad XV
M, termasuk serangan secara pemikiran dan kebudayaan (tsaqâfah) seperti yang
dilakukan oleh kaum zindiq serta para misionaris dan orientalis, adalah juga
berlatar belakang agama.
Hingga kini,
‘semangat’ Perang Salib ini masih melekat dalam benak orang-orang Barat, yang
kemudian menjelma menjadi ‘prasangka buruk’ (stigma) terhadap ajaran Islam dan umat Islam. Edward
Said, dalam bukunya yang berjudul, Covering Islam, menulis bahwa kecenderungan
memberikan label yang bersifat generalisasi mengenai Islam dan orang Islam,
tanpa melihat kenyataan sebenarnya, menjadi salah satu kecenderungan kuat dalam
media Barat. Dari waktu ke waktu, prasangka semacam itu selalu muncul dan
muncul kembali ke permukaan.
Kata
“christendom” dan “holy war” mulai banyak digunakan dalam berbagai tulisan di
media massa Barat, seolah-olah ingin memperlihatkan bahwa sedang terjadi suatu
“perang suci” antara Barat dan dunia lain di luarnya, terutama Dunia Islam.
2. Faktor
ekonomi.
Lenyapnya
institusi Khilafah telah melebarkan jalan bagi negara imperialis Barat untuk
menghisap berbagai kekayaan alam milik umat Islam. Sejak masa penjajahan
militer era kolonial hingga saat ini, Barat telah melakukan eksploitasi ‘besar-besaran’
atas sumberdaya alam yang dimiliki umat Islam.
Sebaliknya,
jika Khilafah Islam kembali berdiri dan berhasil menyatukan negeri-negeri Islam
sekarang, berarti Khilafah Islam akan memegang kendali atas 60% deposit minyak
seluruh dunia, boron (49%), fosfat (50%), strontium (27%), timah (22%), dan
uranium yang tersebar di Dunia Islam (Zahid Ivan-Salam, dalam Jihad and the Foreign Policy of the Khilafah
State).
Secara
geopolitik, negeri-negeri Islam berada di kawasan jalur laut dunia yang
strategis seperti Selat Gibraltar, Terusan Suez, Selat Dardanella dan Bosphorus
yang menghubungkan jalur laut Hitam ke Mediterania, Selat Hormuz di Teluk, dan
Selat Malaka di Asia Tenggara. Dengan menempati posisi strategis ini, kebutuhan
dunia terutama Barat sangat besar akan wilayah kaum Muslim. Ditambah lagi
dengan potensi penduduknya yang sangat besar, yakni lebih dari 1.5 miliar dari
populasi penduduk dunia. Melihat potensi tersebut, wajar jika kehadiran
Khilafah Islam sebagai pengemban ideologi Islam ini dianggap sebagai
‘tantangan’, atau lebih tepatnya lagi, menjadi ancaman bagi peradaban
Barat saat ini.
Benturan
antara kepentingan umat Islam yang ingin mempertahankan hak miliknya dan
kepentingan negara Barat kapatalis tidak terhindarkan lagi.
3.
Faktor ideologi.
Faktor
ini turut andil pemicu terjadinya benturan peradaban dengan Islam. Lahirnya
kembali khalifah Islam dianggap oleh Barat sebagai sesuatu yang membahayakan
dan harus diperhitungkan Khilafah Islam adalah negara global yang dipimpin oleh
seorang khalifah dengan asas ideologi Islam. Ideologi Islam ini pula yang
pernah menyatukan umat Islam seluruh dunia mulai dari jazirah Arab, Afrika,
Asia, sampai Eropa. Islam mampu melebur berbagai bangsa, warna kulit, suku,
ras, dan latar belakang agama yang berbeda.10 Kelak, Khilafahlah yang
‘bertanggung jawab’ untuk mengemban dan menyebarkan ideologi Islam ke seluruh
penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.
Tentu
saja Barat, dengan ideologi Kapitalismenya yang masih dominan saat ini, tidak
akan berdiam diri. Berbagai upaya akan dilakukan Barat untuk menggagalkan
skenario ketiga ini (kembalinya Khilafah). Secara pemikiran Barat akan
membangun opini negatif tentang Khilafah Islam. Diopinikan bahwa kembali pada
Khilafah adalah sebuah kemunduran, kembali ke zaman batu yang tidak
berperadaban dan berprikemanusiaan. Sebaliknya, upaya penyebaran ide-ide Barat
akan lebih digencarkan, seperti demokratisasi yang dilakukan di Timur Tengah
saat ini.
B. Citra
Islam di Barat
Efek negatif dari
peristiwa sejarah Kristen-Muslim tercermin dalam pandangan mengenai Islam yang
muncul dari literatur dan pemikiran Barat.
Pada
penakhluk-penakhluk Arab abad ke-7, Kristen sekali lagi merasakan bahwa Islam
sebagai ancaman ganda, baik secara teologis maupun politik. Perang salib untuk
pertama kalinya telah membuat Islam sangat di kenal Eropa abad pertengahan,
walaupun tidak dipahami R.W Southern
menulis: “ sebelum tahun 1100, saya menemukan hanya satu kali
sebutannama Muhaammad dalam literatur abad pertengahan di luar Spanyol dan
Italia Selatan. Tetapi sejak tahun 1120 setiap orang di Barat mempunyai
gambaran mengenai apa arti Islam dan siapa Muhammad. Gambaran itu sangat jelas,
tetapi itu bukan hanya pengetahuan...Para penulisnya menikmatkan diri dalam
kebodohan akan imajinasi kemenangan[3].”
Kebodohan ini
bukan hanya mencerminkan pengetahuan yang kurang tetapi kecenderungan manusia
pada umumnya baik di antara orang-orang terpelajar maupun tidak terpelajar
untuk mengecam maupun menjelek-jelekkan musuhnya, untuk merasa unggul dan
memusnahkan hal-hal yang menantang dan mengancam kepercayaan atau
kepentingannya dengan mengecapnya sebagai sesuatu yang jelek, sesat, fanatik,
atau irrasional. Gambaran maupun karikatur yang menjelek-jelekkan Muhammad dan
Islam diciptakan, atau lebih tepatnyadikarang, dengan tidak memperhatikan
ketepatan. Acapkali kepercayaan dan praktik seperti politheisme, memakan daging
babi, minum-minuman keras, dan promiskuitas seksual yang sangat bertentangan
dengan kepercayaan dasarnya, diarahkan kepada Islam dan Muhammad. Muhammad
difitnah sebagai pembohong dan anti-Kristus yang menggunakan sihir dan
keajaiban untuk menghacurkan Gereja. Selain itu beberapa miskonsepsi barat
terhadap islam antara lain:
1. Bahwa
kaum Muslim pada dasarnya adalah Arab dan Islam secara eksklusif adalah agama
“Timur Tengah”.
2. Islam
adalah primitif, tidak berperadaban.
3. Islam
adalah agama fanatisme, fatalisme, dan poligami.
4. Modernitas
adalah produk dunia Barat dan dunia Islam tidak bisa benar-benar modern hingga
direformasi secara radikal.
5. Islam
bersikap opresif terhadap perempuan dan kelompok minoritas.
6. Islam
tidak sesuai dengan hak-hak Asasi Manusia, pluralisme dan toleransi politik.
7. Islam
adalah agama secara militan anti Barat, mengembangkan kekerasan dan sangat
cenderung kepada kekerasan[4].
Walaupun dunia
Islam dan Kristen sangat membanggakan agama dan kekayaan tradisi belajar dan
peradaban mereka, dinamika sejarah hubungan Islam-Kristen kerap menjumpai kedua
umat tersebut bersaing dan terkadang terperagkap dalam peperangan, untuk
mendapatkan kekuasaan, tanah dan jiwa. Akibatnya, mereka lebih sering bermusuhan daripada bersikap sebagai
sesama Ahlul Kitab yang berusaha mematuhi dan mengabdi kepada Tuhan mereka.
C. Metode
Islam menghadapi Benturan Peradaban
Secara
umum agenda untuk ‘menyambut’ benturan peradaban antara Islam dan Barat, dapat diringkas sebagai berikut:
1.
Melakukan pembinaan di tengah-tengah umat.
Bagaimanapun,
semua upaya penghancuran itu akan lebih mudah dihadapi kalau umat Islam kebal.
Pembinaan (tatsqîf) di tengah umat adalah dalam rangka mewujudkan pola pikir
yang islami, dan melatih ketahanan pola jiwa mereka dengan selalu berada dalam
suasana taqarrub ilâ Allâh.
2. Melancarkan perang pemikiran dan mengungkap
makar asing.
Penghancuran
Islam sering tidask disadari oleh kaum Muslim. Karena itu, membongkar agenda
tersembunyi dari penjajah (kasyf al-khuthath) harus selalu dilakukan. Mereka
juga harus selalu mengkritisi pemikiran-pemikiran yang menyimpang dan
menyesatkan yang diklaim oleh kalangan liberal sebagai pemikiran Islam. Jika pemikiran-pemikiran
ini tidak ditunjukkan kekeliruan dan kesalahnnya, maka umat Islam yang awam
akan menyangka bahwa hal itu adalah bagian dari Islam.
3. Membangun
kesadaran politik Islam dan memberikan gambaran Islam sebagai solusi.
Kesadaran
politik Islam yang benar harus ditumbuhkan di tengah-tengah umat. Yang dimaksud
adalah politik Islam yang akan membebaskan manusia dari ketertindasan dalam
segala aspeknya menuju pada keridhaan Allah semata-mata. Untuk itu, para
aktivitis dakwah harus mampu memberikan gambaran syariat Islam sebagai solusi
atas segala masalah manusia.
KESIMPULAN
Faktor-faktor
utama terjadinya perbenturan peradaban Islam dengan Barat:
a. Faktor
agama, faktor agama adalah salah satu pemicu benturan peradaban antara Islam
dengan Barat. Peradaban ini ditandai dengan terjadinya perang yang dikenal
dengan perang salib
b. Faktor
ekonomi, faktor ini juga bagian dari faktor utama terjadinya benturan
peradaban. Hilangnya institusi khalifah sudah melebarkan jalan bagi Barat untuk
meraup kekayaan alam milik umat Islam.
c. Faktor
ideologi, faktor ini juga turut andil pemicu terjadinya benturan peradaban
dengan Islam. lahirnya kembali khalifah Islam dianggap oleh Barat sebagai
sesuatu yang membahayakan dan harus diperhitungkan. Barat yang berideologi kapitallis,
tidak berdiam diri. Berbagai cara dilakukan agar kembalinya khalifah tidak
terjadi atau gagal. Inilah peicu terjadi nya benturan peradaban Islam dengan
Barat.
DAFTAR PUSTAKA
.
Bakar,
Osman.2003. Islam dan Dialog Peradaban:
Menguji Universalisme Islam dalam Peradaban Timur & Barat. Yogyakarta:
Fajar Pustaka Baru.
Daya,
Burhanuddin.2008.Pergumulan Timur
Menyikapi Barat: Dasar-Dasar Oksidentalisme. Yoyakarta:SUKA-Press.
Esposito,
L John. 1994. Ancaman Islam Mitos atau
Realita?.Bandung: Mizan.
Hasan,
Abul Ali Nadawi,dkk. 1993. Benturan Barat
dengan Islam. Bandung: Mizan.
Ramadan,
Tariq. 2003. Menjadi Modern Bersama
Islam: Islam, Barat dan Tantangan Modernitas. Jakarta: Teraju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar