A.
Pokok-Pokok
Ajaran Agama Yahudi
Inti ajaran
agama Yahudi terkenal dengan “sepuluh Firman Tuhan” atau Ten Commandments atau
Decalogue,(Grik, deca=10, logue=risalah). Kesepuluh perintah Tuhan tersebut
diterima oleh Nabi Musa di bukit Sinai (Tur Sina), ketika terjadi dialog
langsung antaraa Musa dan Tuhan. Firman Tuhan tersebut oleh Musa langsung
ditulis di atas sobekan kulit-kulit binatang atau di batu. Demikianlah menurut
Louis Finkestein, editor buku The Jews, Treir Relligion and Cullture[1].
Sepuluh firman Tuhan atau wasiat sepuluh terssebut
adalah:
1. Saya
adalah Tuhanmua yang kamu sembah, yang telah membawa kamu ke luar dari tanah
Mesir, keluar dari rumah belenggu, kau tidak mempunyai Tuhan lain kecuali Aku.
2. Kamu
tidak boleh membuat persamaan atau menyatakan segala sesuatu yang ada di langit
sebelah atas, atau di atas bumi, atau apa-apa yang ada di dalam air, di bawah
bumi, dengan Tuhanmu
3. Kamu
tidak boleh menyia-nyiakan nama Tuhanmu (menyebut Tuhanmu dengan sia-sia).
4. Ingatlah
hari Sabbath, untuk disucikannya.
5. Hormatilah
ayah dan ibumu.
6. Kamu
dilarang membunuh.
7. Kamu
dilarang mencuri.
8. Kamu
dilarang bersaksi palsu.
9. Kamu
dilarang berbuat zina
10. Kamu
dilarang bernafsu loba-tamak terhadap milik orang lain.
Sepuluh firman tersebut ternyata mengandung
aspek-aspek aqidah, ibadah, syariah, hukum dan etika.
a.
Ajaran
tentang Tuhan
Agama Yahudi percaya kepada Tuhan Yang Esa, tetapi
Tuhan yang hanya khusus untuk Bani Isra’il, bukan Tuhan untuk bangsa lain.
Mereka tidak pernah menyebut nama Tuhannya dengan langsung karena mungkin akan
mengurangi kesucian-Nya. Olrh sebab itu oarng Israel melambangkan-Nya dengan
huruf mati YHWH, tanpa bunyi. Lambang ini bisa dibaca YaHWeh atau Ye-Ho-We atau
YeHoVah.
Menurut Harun Nasution, dalam bukunya Filsafat
Agama, menyatakan bahwa ajaran keesaan Tuhan menurut Yahudi adalah hasil
perkembangan dari kepercayaan yang henoteis menuju kepercayaan yang mengakui
keesaan Tuhan[2].
Sewaktu masyarakat Yahudi masih dalam tingkatan
animisme,roh-roh nenek moyang mereka disembah yang kemudian dalam tingkatan
politeisme menjadi dewa. Kata hebrew yang dipakai untuk Tuhan pada mulanya
ialah jamak daripada kata eloh atau elohim. Tiap kabilah mereka mempunyai
eloh sendiri. Kemudian tiba suatu masa ketika salah satu elohim ini, yaitu
Yehovah, yang kemudian menjadi eloh dari bukit Sinai, menjadi eloh yang tunggal
bagi masyarakat Yahudi. Eloh-eloh lain tidak diakui lagi. Yehovah kemudian
menjadi Tuhan nasional Yahudi, tetapi belum menjadi Tuhan seluruh alam.
Walaupun firman kedua dari sepuluh Firman Tuhan,
mengandung pengertian bahwa Tuhan bangsa Yahudi itu tidak dibatasi atau
dikurangi, atau disifati, tetapi kitab-kitab Taurat tetap mensifati Tuhan dalam
satu gambaran yang betul-betul menyerupai sifat-sifat manusia, atau
antropomorfisme, seperti Tuhan mempunyai bibir, mempunyai lidah, berkata-kata,
mempunyai tangan dan sebagainya. Atau sering juga Tuhan disifati dengan
penafsiran “antropopatisme”, yaitu menyamakan perasaan Tuhan dengan berbagai
perasaan manusia, seperti Tuhan membenci, menertawakan kesibukan manusia,
berdiam diri, ,erintih, marah, mengasihi, menyesal,dan sebagainya.
Fase-fase Kepercayaan Bani Isra’il
Terhadap Yehovah
Kepercayaan Bani Isra’il kepada Yehovah dapat
dikategorisasikan dalam tiga fase, yaitu:
1. Fase
Yehovah sebelum Haikal Sulaiman
Pada
fase ini Bani Isra’il sering menukar kepercayaan mereka dengan anak lembu dan
juga ular yang mereka anggap suci.
2. Yehovah
pada waktu Haikal
Sewaktu
Sulaiman membangun Haikal sebagai tempat beribadah Bani Isra’il dan pusat
penyembahan terhadap Tuhan mereka,bangsa Israel malah menganggap Yehovah tidak
banyak bedanya dengan batu-batu berhala atau patung-patung. Tetapi setelah itu
bersamaan dengan usaha mereka untuk menyatukan pemikiran Yahudi agar kerajaan
mereka tetap berdiri dan terpelihara dengan sebaik-baiknya, maka mereka merasa
perlu untuk menjallin hubungan kembali dengan Yehovah. Dan Yehovah merupakan
Tuhan yang Tunggal tetapi hanya untukk Bani Isra’il saja. Tuhan yang
mengatasi semua Tuhan bangsa lain.
3. Yehovah
sesudah Haikal
Sewaktu
Haikal yang dibangun Sulaiman dihancurkan oleh raja Babilonia, Nebuchadnezar
(586 SM) dan membuang orang Yahudi ke Babilonia, mereka berpikir adakah Yehovah
bersama meka ke Babil atau bersama kelompok Israel yang masih tetap tinggal di Palestina? Jawabannya: Yehovah
selalu bersama setiap orang di antara mereka, di mana pun ia berada. Dengan ini
mereka tidak lagi merelakan Tuhan dalam arti yang sangat terbatas[3].
Yang
menjadi titik sentarl kepercayaan mereka terhadap Tuhan yang lain adalah
“keyakinan mereka terhadap perjanjian Tuhan”. Perjanjian Yehovah dengan Israel
bersifat sangat eklusif, artinya orang Israel tidak boleh menyembah ilah yang
lain di samping Yehovah dan sebaliknya Israel oleh Tuhan akan dijadikan bangsa
pilihanya. Berdasarkan Taurat, orang Israel telah memateri janji yang sangat
penting, sehingga dapat dianggap sebagai sumber dari segala sejarah dan
kepercayaan Israel di masa-masa selanjutnya[4].
Kandungan
dan materi perjanjian iitu seluruhnya sudah di berikan kepada bangsa Israel
oleh Musa dalam bentuk Taurat, hukum tertulis. Sehingga Taurat yang sekarang
ini dikukuhkan dengan nama “Perjanjian Lama” karena juga dimuliakan tidak saja
oleh bangsa Yahudi tetapi juga oleh kaum Gerejanii (Nasrani) yang karena
terpengaruh besar oleh makna ‘perjanjian’ juga menamakan Injil mereka dengan
“Perjanjian Baru”.
b. Makna
Penciptaan
dalam bab
pertama kitab Kejadian (Genesis) dinyatakan sebagai berikut: “ Pada permulaannya
Tuhan menciptakan langit dan bumi dan “.... Tuhan memperhatikan segala sesuatu
yang telah ia jadikan serta menjaganya sebaik-baiknya.
Jadi dengan
berlandaskan kitab suci tersebut maka jelaslah bahwa umat Yahudi memandang
bahwa semua yang ada ini adalah ciptaan Tuhan tersebut mengandung arti dan
manfaat yang besar bagi hidup di dunia.
Dengan demikian
maka orang Yahudi menolak pandangan tentang keharusan manusia mengesampingkan
aspek-aspek kehidupan jasmaniyah atau duniawiyah sebagai yang berlaku dalam
agama Hindu dan Budha. Hidup duniawi bukan suatu penjara bagi nyawa atau ruh
seseorang yang harus segera diakhiri dengan kematian. Materi bukanlah maya
karena menjadi unsur kehidupan yang sangat penting bagi manusia.
c.
Makna Manusia
Menurut agama Yahudi,
manusia dipandang sebagai suatu makhluk terbatas dalam segala hal. Apalagi
bilamana manusia itu dibandingkan dengan kecermelangan sorga, maka manusi
hanyalah bagaikan debu belaka (menurut Psalm 103-140. Tetapi bila dibandingkan dengan kekuatan alam yang
ada disekitarnya, maka ia sebagai suatu yang mudah rusak dan lemah (Job.4:19).
Kesempatan hidup
dunia lekas habis, bagaikan rumput-rumputan yang tumbuh di waktu pagi, di waktu
sore di potong habis dan lenyap tak berbekas (Psalm 90:80). Akan tetapi meskipun
manusia lemah, dalam satu segi dia dapat memiliki derajat yang lebiih tinggi hampir sama dengan
malaikat, bilamana dia benar-benar mentaati petunjuk-petunjuk Tuhan. Sabbda
dalam kitab Psalm 8:5 antara lain sebagai bberikut:.......karena Kau telah membuatnya sedikit lebih rendah dari
malaikat”. Dan Aku telah menaruh di mukamu hidup dan mati, maka pilihlah
hidup”. (Ulangan 30;19)[5].
B.
Kitab
Suci Agama Yahudi
Orang-orang
Yahudi menamakan Kitab Suci mereka TeNaKh dan terdiri dari tiga bagian, yaitu
Hukum atau Taurat, Nabi-Nabi atau Nevi’im, dan Sastra atau Ketuvim[6].
a.
Taurat
Taurat
artinya “hukum” atau “pengajaran” dan menunjuk pada keseluruhan apa yang
diketahui tentang Allah dan hubunganNya dengan dunia ciptaanNya. Dalam
pengertian yang lebih sempit, Taurat menunjuk pada lima kitab Musa : Kejadian,
Keluaran, Imamat, Bilangan, dan ulangan, yang terletak di permulaan kitab
suci. Bersamaan dengan hari Sabat,
Taurat dirayakan sebagai pemberian Tuhan terbesar kepada orang-orang Yahudi.
Bagian penting
ibadat umat Yahudi adalah pembacaan dengan suara keras sejumlah ayat dari
Taurat. Di sinagoga, bacaan dari gulungan Kitab Taurat, atau Sefer Torah,
dibacakan pada hari Sabat pagi dan sore, perayaan keagamaan pagi, dan pada pagi
hari Senin dan Selasa pagi. Sebagai penghormatan besar, kitab Taurat hanya
boleh dibuka oleh laki-laki, demikian dalam tradisi ortodoks, dan untuk
dibacakan di depan umat. Orang yang dipilih untuk membaca Kitab Suci dalam
bahasa Ibrani harus menggunakan yud-alat petunjuk yang dipegang.
b. Para Nabi
Dalam tradisi
Yahudi ada delapan kitab yang diberi nama menurut nama para nabi. Empat kitab
yang pertama, Yoshua, Hakim-Hakim, Samuel I dan II, serta Raja-raja I dan
II, biasanya mengacu pada para Nabi
Terdahulu dan kitab-kitab sejarah.
Keempat Kitab yang lain mengacu pada para Nabi-Nabi Terakhir: Yesaya,
Yeremia, Yahezkiel dan 12 Nabi-Nabi kecil
yang dianggap satu kitab. Sebagian besar isi dari kitab dari Nabi-Nabi
Terahkir merupakan kumpulan khotbah yang disampaikan oleh para Nab, yang
nama-namanya menjadi nama kitab-kitab itu, yang semuanya dikumpulkan oleh para
murid mereka. Bacaan terpilih dari kitab para nabi dibacakaan di sinagoga pada
hari-hari Sabat, perayaaan-perayaan keagamaan, dan hari-hari puasa.
b.
Sastra
Sastra, bagian
ketiga TeNaKh, diangggap kurang bernillai daripada dua jenis kitab yang lain,
walaupun kitab itu memang berisi Mazmur, yang secara teratur digunakan dalam ibadat di sinagoga. Bacaan dari Sastra
ini sering diberikan di sinagoga pada hari-hari perayaan.
C.
Peribatan dalam Agama Yahudi
a.
Sembahyang yahudi
Umat yahudi melakukan sembahyang 3 jam sehari,
yaitu jam 9,11,dan jam 3. Dalam kitab tarmut mengatur masalah sembahyang yang 3
kali sehari itu dengan lebih terperinci. Ditetapkan agar orang yahudi
melaksanakan sembahyang 3 kali sehari semalam, yaitu sembahyang pagi,
sembahyang siang dan semmbahyang malam. Sembahyang pagi dilaksanakan mulai
terbit fajar sampai sepertiga panjang siang hari, kira-kira jam 10. Sembahyang
siang dimulai sesaat setelah matahri condong kebarat sampai matahari terbenam,
dan sembahyang malam mulai malam tiba sampai terbit fajar[7].
Yang terpenting dalam setiap sembahyang ialah apa
yang disebut dengan tefillah, atau menurut Talmud, anidah yaitu tegak berdiri
mengawali sembahyang dengan mengucapkan salawat sebanyak 19 kali, 3 kali
pertama memuji kekuasaan tuhan, kemahaperkasaannya dan kesuciannya; 3 kali yang
terakhir sebagai ucapan terima kasih ats rahmatnya yang tidak putus-putus, doa
penutup untuk keselamatan dan kedamaian;sedang 13 lainnya ditengah-tengah dan
merupakan permohonan untuk segala keperluan.
b.
Puasa Yahudi
Umat yahudi melakukan puasa biasanya pada waktu
mereka berkabung atau duka cita dan kemalangan.
Tujuan puasa bagi mereka adalah untuk menghapus
dosa dan mensucikan diri, disamping untuk menyatakan rasa keprihatinan atau
duka cita. Ada 4 hari penting yang diperingati dengan berpuasa oleh umat yahudi,
yaitu hari permulaan kota yerusalem dikepung, hari kota yerusalem jatuh ketanah
Nebukadnezar, hari kanishah dihancurkan dan hari Gedaliah dibunuh orang.
Puasa orang yahudi berlangsung sejak waktu fajar
menyingsing hingga kelihatan 3 buah bintang yang pertama terbit pada senja hari
yang bersangkutan.
c.
Korban dalam Agama Yahudi
Korban yang ditradisikan oleh umat yahudi itu
dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu: korban perdamaian, korban pemujaan dan
lain-lain.Korban perdamain adalah korban yang dilaksanakan untuk memohon
perdamaian dengan tuhan bagi dosa-dosa yang diperbuat tanpa sengaja. Korban
terdiri dari korban penghapusan dosa dan korban penebusan dosa. Korban
pemujaaan terdiri dari korban bakar, korban keselamatan dan korban sesaji.
Korban lain-lain terdiri dari korban perjanjian, korban pelantikan umum, korban
cemburuan dan korban pembunuhan[8].
d.
Khitan
Dilakukan pada hari kedelapan dari lahirnya seorang bayi dan sekaligus
diberi nama.
D. Nabi-Nabi
Orang Yahudi
Nabi-nabi Yahudi antara lain isayah atau Yesay,
Yeremia, Ezekil dan Daniel, Amos, Obaya, Yunus, Mikha, Nahum, Hababuk, Zefanya dan Maleakhi, Hagai,
Zakaria, Elia, Natan dan Debora.
E. Hari-Hari
Suci Yahudi
1.
Hari Paaskah, yaitu hari
raya yang dipestakan untuk merayakan pembebasan orang-orang Israel dari perbudakan
di Mesir.
2.
Hari Pantekosta, yaitu hari
kelimapuluh. Hari iini merupakan hari pesta yang penting yaitu pesta pascca
panen.
3.
Hari Perdamaian Besar, yaitu
hari kelimapuluh bulan ketujuh, menurut penanggalan Yahudi. Hari ini disebut
juga sebagai hari penghentian penuh. Pada harii ini semua oarng harus berpuasa,
dan berkorban harus dilakukan untuk menghapus dosa.
4.
Hari Raya Pondok Daun atau
hari raya pengumpulan hasil, yang dirayakan pada tanggal 15-22 bulan ketujuh
kalender Yahudi. Selam apekan perayaan ini, setiap hari dilakukan korban-korban khusus. Waktu itu
panen sudah selesai. Orang-orang Yahudi diam di pondok-pondok yang terbuat dari
daun dan dahan tumbuh-tumbuhan. Di sanalah mereka makan minum.
5.
Hari Penebusan Dosa. Hari
ini bernilai rohaniah bagi umat Yahudi, sehingga dianggap sebagai hari yang
sangat penting dan paling mereka keramatkan. Hari ini jatuh pada sekitar akhir
bulan keenam dan awal bulan ketujuh kalender mereka.
6.
Hari bulan Baru. Orang
yahudi selalu merayakan dan mensucikan hari ppertama tiap-tiap bulan baru, yag
dirayakan dengan korban dan perjamuan makan bersama.
7.
Tahun Sabbath. Menurut
kepercayaan umat Yahudi, selama Tahun yang ketujuh, tanah tidak boleh
dikerjakan atau ditanami. Semua orang harus beristirahat.
[1]
Mudjahid Abdul Manaf, 1994, Sejarah
Agama-Agama, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Hlm.56.
[2] Mudjahid
Abdul Manaf, 1994, Sejarah Agama-Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,hlm.57.
[3] Mudjahid
Abdul Manaf, 1994, Sejarah Agama-Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,hlm.
58-59.
[4] Mudjahid
Abdul Manaf, 1994, Sejarah Agama-Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,hlm
[5] H.M.
Arifin, 1997, Menguak Misteri Ajran
Agama-Agama Besar, Jakarta: PT Golden Teravon Press,hlm. 126.
[6] Michael
Keene.,2006, Agama-Agama Dunia, Yogyakarta: Kanisius.hlm. 44
[7] Romdhon
dan A. Singgih Basuki dkk, 1988, Agama-Agama Di Dunia, Yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga,hlm. 322.
[8] Romdhon
dan A. Singgih Basuki dkk, 1988, Agama-Agama Di Dunia, Yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga,hlm. 324.